“ Definisi Cinta dalam hidupku sangatlah berharga,
maka tidak sembarang cinta yang saya beri untuk seseorang,
kecuali MEREKA”
Bekasi, 24 oktober 2019. Memberanikan diri untuk mencoba menuliskan kisah hidupku.
Tepat pukul 21:20, saat ini aku ingin mengungkapkan rasa yang begitu besar kepada orang yang sangat berarti, yang sangat saya cintai. Ya. . . dia adalah “ Orangtuaku”.
Saya Mima, usia 25 tahun, dan saya bekerja sebagai guru honor di salah satu sekolah di Bekasi.Sudah hampir 4 tahun mengabdi sebagai guru honorer. Saya tinggal bersama Ibu Sisca, Pak Aldi dan kedua anak mereka ( Keke dan Cica). Bu Sisca adalah adik kandung dari ibu saya. Saya anak pertama dari tiga bersaudara, Samsul dan Haqi.
Saya selalu berfikir pundakku harus sekuat baja, sakit dalam hatiku harus di hilangkan, dan wajahku harus tetap tersenyum, karena mereka tak boleh lihat apa yang sedang saya rasakan. Semuanya akan saya tampung keluh kesah Ayah dan Ibu, yang ada dalam hati dan pikiran bagaimana bisa bertahan di kota orang, membahagiakan orangtua, mencukupi kehidupan saya dan keluarga di kampung. Dan perasaan itu berawal semenjak saya mulai bekerja hari pertama sampai saat ini.
Dari dulu sampai sekarang Ayah seorang pedagang sayuran di Kota Tanggerang, Setiap libur mengajar, saya selalu menyempatkan pergi menjenguk (sabtu dan minggu). Sabtu siang selesai mengajar langsung pergi ke Stasiun Tambun, transit di Stasiun Manggarai, lalu di lanjut menuju Stasiun Duri dan terakhir menuju Stasiun Tanah Tinggi.
Jaman sekarang banyak sekali tansportasi dan salah satunya KRL, walaupun sangat padat dan bahkan tidak bisa duduk dari Stasiun awal sampai Stasiun akhir, saya selalu berusaha untuk tetap menjalani apapun yang Allah sudah tentukan untuk diri saya, dan sering sekali hati bicara “Akhirnya sabtu juga, bisa ketemu Ayah dan bantu di pasar”.
Apa kalian tau, Ayah Soni adalah ayah yang sangat luar biasa, laki-laki yang sangat saya cintai, laki-laki yang sangat saya banggakan. Ayah selalu menyempatkan jemput di stasiun terakhir, karena jarak stasiun dan pasar sangat dekat, dan ayah selalu menungguku turun dari kereta, dengan pelukan hangat dan senyum riangnya, yang tak dapat di pungkiri kerutan di wajahnya dan rambut yang sudah berubah warna putih. Dia selalu berkata“Ayah senang sekali, jika Mba Mima datang menjenguk, menemani ayah di pasar”. Entah mengapa hatiku sangat ingin menangis. Selalu bergandengan tangan menuju pasar. Sangat indah dan bahagia bagiku.
Ayah berjualan habis magrib dan selesai pas subuh bahkan sampai jam 07:00 pagi. Sesekali tertidur di meja, bahkan saya pernah tidur di masjid pasar. (sangat lucu ketika mengingatnya).
Ketika sedang menunggu pembeli, saya dan ayah mengobrol tentang banyak hal, dari perkembangan pekerjaanku di sekolah, masalah di rumah tante, bahkan ayah selalu kepo tentang seseorang pria yang dekat denganku, perkembangan penjualan bapak dan sampai rencana kita untuk pulang bersama ke Cirebon bertemu Ibu dan adik-adik. Bagaimana saya tak bangga dengan Ayah yang selalu menjual dagangannya dengan nada lelucon ketika ada pelanggan “ Sayurannya Pak, Bu, Jangungnya manis kaya anak saya “ hehe (semua tertawa)
Terlintas begitu besar pengorbanan, pagi jadi malam, jauh dari keluarga, dan kini sudah sangat terlihat rambut yang putih, garis-garis di wajar yang semakin terlihat dan bahkan tenaganya tak sekuat dulu lagi, tapi dia selalu bersemangat untuk menafkahi istri dan anak-anaknya. Saya tak pernah malu dengan pekerjaan ayah, karena dialah laki-laki yang telah membesarkan saya dengan tangannya, dengan hasil keringatnya, menyekolahkan saya hingga sarjana. Ya…Dialah Ayahku seorang pedagang sayuran.
“ Sama kah kalian dengan ku ? begitu berartinya kah seorang Ayah dalam hidup kalian? Apa yang sudah kalian lakukan untuk Ayah sampai saat ini ?Apa pekerjaan ayah kalian? Direktur kah ? Pengusaha kah? Tukang sapu? Tukang becak ,atau bahkan ojek online? Apa kalian bangga / malu ?” Pikirkan sekarang.
Dan untuk syurgaku, Ibu, yang selalu saya rindukan setiap detiknya, dan dia tak ada hari untuk absen tidak video call, pastinya cerita masalah Do’i (hehehe). Ibu mengidap kanker Rahim di saat mengandung Haqi 6 bulan, keluarga sepakat untuk menggugurkan kandungan saat itu, tapi Ibu tetap bertahan walaupun dengan rasa sakit yang entah tidak pernah kita rasakan.
Kelahiran Haqi membuat Ibu pendarahan hebat saat itu, tapi Allah sangat mencintai Ibu dan Haqi akhirnya mereka pun sehat dan tak kurang satupun sampai saat ini. Tak lama…Ibu mengidap Diabetes yang setiap bulannya harus kotrol, keluarga kita pun di uji kembali pastinya untuk Ayah dan Ibu, bahkan akupun merasakan sedihnya saat itu. “ Apa lagi ini … ya Allah ?” (dalam tangisku)
Ibu tidak pernah bilang kalau dia sakit, selalu bilang “ Ibu gpp, Ayah, Mba Mima, Aa Samsul dan Dek Haqi g usah khawatir” ( dengan senyum manisnya ).
Dan saat jauh video call ibu selalu bilang “nanti kalau mba Mima pulang mau ibu masakin apa? Nanti ibu masakkan yang special kesukaan mba mima ya”.
Bagaimana tak patah hati ini, dengan nikmat ujian dari Allah.
Saya hanya ingin Ibu sehat-sehat saja ya Allah.
Jaga Ibu…hanya itu, tak ada yang lain.
Di saat ada libur beberapa hari, saya menyempatkan pulang ke kampung, hanya untuk bertemu Ibu dan adik-adik. “ Bu, mima besok pulang nih” (mima)
Ibu : “ Memangnya sekolah mba mima libur ?”
Mima : “ Iya bu libur 2 hari, mima kangen masakan ibu, kangen sayur lodeh, tempe goreng, bergedel, kikil, sambel………………….. (panjang lebar bahas makanan)
Ibu : “ Ya ampun, makan mulu nih, oke deh nanti ibu masakin, mba mima hati-hati ya.” (dengan suara riang gembira).
Saya pulang kampung dengan kereta jurusan Bekasi – Babakan (Cirebon) dengan kelas ekonomi, dan saat itu ada harga yang murah hanya Rp. 85.000.
Sesampai di stasiun babakan, saya di jemput A samsul (adikku), jarak stasiun ke rumah tidak jauh, 10 menit pun sudah sampai.
Mima : “ Assalamualaikum, Ibu…. Mima pulang” (dengan nada riang, dan rindu yang bergebu)
Ibu : “ Waalaikumsalam, Mba mima” (sambil memeluk)
Mima : “ Ibu mima kangen…” (selalu menahan tangis melihat tumbuh ibu semakin kurus, kerutan di wajah semakin terlihat)
Ibu : “Ibu juga kangen mba mima, sana mandi dulu, ibu siapkan makanannya ya, sudah matang nih” (bergegas menyiapkan makanan)
Mima : “Siap.”
Saya selalu menikmati masakan ibu, yang selalu buat rindu. Dan Ibu selalu senang jika masakannya di makan lahap dan saya sampai minta lagi.
Waktu 2 hari yang saya lalui dirumah, sangatlah berarti, walau raga ini lelah, tetap melihat ibu saja sudah hilang rasa lelahku ini.
“Bahagialah kalian jika masih memiliki orangtua yang utuh,
Saling menyayangi, menghargai waktu untuk bertemu keluarga.
Mereka keluargaku, yang patut saya jaga hatinya,
Yang perlu saya beri full kasih sayang tanpa syarat”
Sesampai di Bekasi, Ayah tiba-tiba telp memutuskan untuk tidak berjualan lagi di Tangerang, dia ingin di Cirebon saja karena ingin dekat dengan Istri dan ke 2 anaknya. Dan ayah meminta untuk membujuk ibu agar tidak memikirkan apapun, karena jika ayah di Cirebon, penghasilan yang di dapat sangat sedikit. Hanya cukup untuk makan sehari, dan ibu akan puter otak untuk membaginya. Untuk makan, bayar listrik, jajan, sekolah adik – adik.
Ayah: “Mba Mima, bagaimana kalau ayah berjualan di Cirebon saja?”
Mima : “( terkejut memang, tapi saya selalu menjawab dengan fikiran ke depan dan tanpa banyak Tanya) “ Baiklah kalau itu mau ayah, mima dukung” (langsung menutup telp).
“(Saya tau, ayah sudah tak muda lagi dan ingin kumpul dengan keluarga di kampung. Tapi kenapa? Bagaimana ? ini ya Allah, untuk sekolah a syamsul, dan haqi, bayar listrik, cicilan motor? Astagfirullah….)”
“Tetapi, saya selalu yakin,
Allah memberikan nikmat ujian ini sesuai dengan kemampuan hambanya.
Dan itu aku.
Aku pasti bisa”
Dan akhirnya, Ayah pun pulang ke Cirebon dan berjualan di sana. Karena ekonomi di Cirebon sangat pas-pasan, Saya selalu menyisihkan untuk cicilan motor, walaupun menghabiskan setengah honorku. Dan menyisihkan uang untuk berjaga-jaga ada keperluan medesak. Dan keadaan itu terus berjalan. Sesekali ingin rasanya menghargai diri ini, badan ini yang sudah bekerja untuk jalan-jalan, makan dengan tema-teman, bahkan shopping.
Tetapi semua itu harus di tahan sampai semuanya normal kembali. Walaupun dengan keadaan yang sangat sederhana, saya dan keluarga selalu bersyukur, tetap bahagia, tetap selalu mendo’akan satu sama lain.
Untuk kalian yang sedang berjuang, setiap perjuangan itu pasti pernah gagal,
Tetapi kegagalan itu tidak akan gagal, jika kalian tidak pernah berhenti.
Kunci kalian adalah harus bangkit. Gagal 99 kali kalian harus bangkit 10.000 kali.
Ayah – Ibu ada yang ingin mima katakan, tapi bibir ini tak dapat terucap…
Mima berharap entah kapan, ayah dan ibu dapat membaca ini.
“ Ayah…
Terimakasih banyak atas semua pengorbanan yang telah di lakukan selama 25 tahun ini, sampai mima dapat berfikir, dan merangkai kata-kata ini untuk ayah. Ayah… mima tidak pernah malu sedikitmu, di besarkan oleh anak seorang pedagang sayuran di pasar yang becek, di jemput dengan sepeda motor yang butut, dan di belikan jajanan seharga 2000 perak yang ayah selalu bawakan dari pasar. Mima akan selalu senang dan bahagia, asalkan itu dengan ayah. Ayah…Mima akan berusaha menjadi contoh untuk adik-adik mima. Mima selalu berusaha agar tidak menyakiti hati ayah sedikitpun, dan mima akan berusaha untuk membanggakan ayah dengan apa yang mima lakukan.
“ Ibu …
Taukan bagaimana perasaan mima ketika mendengar “Ibu sakit, ibu di bawa ke klinik?” Apa Ibu tau ?. Hati mima sakit bu, sakiiiiiit, sangat sakit. sampai mima tak dapat bernafas dengan baik, kenapa tidak mima saja yang sakit ? kenapa ibu? Selalu mengulangi kata-kata itu. Maafkan mima bu…. Maaf… maaf mima jauh dari ibu, maaf mima tidak bisa merawat ibu, maaf mima tidak ada di samping ibu. Maaf……..
Mima ingin sekali menyiapkan makanan untuk ibu, menyuapi, memberikan selimut, dan masih banyak lagi. Bu…..
“ Ayah – Ibu
Taukah kalian… mima menulis ini dengan air mata yang terus mengalir di pipi. Mima baca ulang untuk memastikan tidak ada kata yang salah dari kalimat yang mima tulis. Mima mau semuanya tersampaikan di tulisan ini, bahwa mima sangat mencintai Ayah dan Ibu.
Dari Mima
Salam sayang Mia.
3 komentar
Moci GDR, Kamis, 4 Feb 2021
Membaca ini saat hati sedang melow, setelah membaca tak terasa air mata sudah membasahi pipi..
Semangat mimaaa, semua perjuangan pasti akan memberikan hasil yang memuaskan esok hari..
Apa yang kita tanam itu pasti yang kita tuai.
Raffi Naufal R, Selasa, 16 Feb 2021
Hamba Allah, Rabu, 17 Feb 2021
tak ada yang dikangenin dari seorang anak rantau ketika sedang jauh, kecuali orang-orang terdekatnya, keluarga. sebab dialah yang mengerti keadaan kita bahkan dalam keadaan terpuruk sekalipun. membaca ini sesuai apa yang saya rasakan dahulu, ketika masih dengan orang yang tersayang. untuk mima semangat ya, jangan lelah dalam berjuang, ingat ada yang lebih letih dan perih daripada kamu.